Senin, 19 Mei 2008

Jalan merdeka tahun 2008


Hal yang paling dapat terlihat jelas adalah, populasi pohon yang semakin berkurang. Pohon yang sudah terbunuh ini berada di depan hotel panghegar, sebuah hotel yang termasuk salah satu hotel ternama di bandung dan menjadi incaran para pelancong dari luar kota sarta pesta-pesta pernikahan mewah.

Trotoar yang bersih dan rapih ternyata tidak bisa bersanding dengan pohon yang membuat teduh. Ditengah laju penambahan kendaraan bermotor yang sudah diluar kendali, ternyata perubahan perilaku ke arah jalan kaki masih jauh dari budaya masyarakat bandung.

Bandug yang semakin panas tentu akan ditolak oleh para penajalan kaki yang tidak terlindung oleh sinar matahari. Sebetulnya pohon yang bisa menyelawatkan ide untuk menggalakkan kebiasan jalan kaki masyarakat bandung, namun penebangan-penebangan yang terus terjadi menjauhkan ide hebat ini.

Dan ini hanyalah 2 pohon yang tidak bisa bertahan hidup, hanya karena kemalasan manusia memlihara apa yang sudah ada.

Pendekatan represif...lagi-lagi pendekatan represif. Tidak ada proses, tidak ada pemeliharaan. Yang ada hanya.....tebang! Hancurkan! Tebang! Tebang! Tebang! Tebang!


Minggu, 18 Mei 2008

Bandung dari dago atas


Foto ini diambil dari depan selasar sunaryo art space (sebuah galeri yang dipunyai oleh seniman pak sunaryo), memperlihatkan bagian atas kota bandung yang sudah semakin tergerus dan semakin banyak rumah baru yang didirikan.

Sebagai sebuah kawasan hunian, daerah dago atas memang daerah impian untuk menghabiskan sore selepas kerja atau berakhir minggu menikmati udara yang dingin dan segar.

Namun dibalik semua impian itu, hasrat manusia yang tidak bisa dibendung, mengisyaratkan sebuah aura kehancuran yang tidak terkira. Kawasan yang sudah seharusnya tetap hijau ini kini terus tereksploitas baik oleh pemukiman mewah, cafe-cafe serta kampung-kampung yang juga semakin berkembang. Dan yang menjadi korban, selalu saja alam beserta kawan-kawannya. Pohon dan areal hijau kini berganti dengan tembok-tembok, serta jalan-jalan aspal yang angkuh.

Agaknya perkembangan jumlah manusia akan berbanding lurus dengan pengurangan jumlah pohon dan alam bebas. Tidak hanya di kota tetapi daerah pinggiran kota pun akan terus tergerus roda jaman.

Persoalan klasik memang, tetapi, masa kita manusia yang katanya punya otak tidak bisa berbuat apa-apa? Atau justru karena kita punya otak, jadinya kita bisa tidak berbuat apa-apa?

Hmmmm...


depan gedung sate

pohon yang ditebang ini terletak di jalan diponegoro ujung, dekat dengan gedung sate.

sebagai salah satu wilayah yang sejarahnya paling panjang di kota bandung, jalan ini selalu menjadi objek kunjungan bukan saja orang luar kota bandung tetapi juga warga bandung sendiri.

di daerah ini juga terdapat lapangan gasibu yang setiap minggu, biasanya dipadati para penjual dadakan dan para pelari yang semuanya tumpah dalam pasar kaget, yang kini sudah menjadi tradisi.

namun kemeriahan gasibu dan sekitarnya ternyata tidak bisa membendung vandalisme terhadap pohon-pohon di sekitar gasibu. padahal pohon ini mungkin umurnya jauh lebih tua dari para PNS yang bekerja di dalam gedung sate.

jika diibaratkan dengan hubungan orang tua dan anak, sepertinya pemkot yang menebang pohon ini bisa dikategorikan malin kudang (sebuah ceritera klasik tentang anak yang menjadi batu setelah mengingkari dan bertindak kurang ajar pada orangtuanya).

jadi khawatir, jangan-jangan pemkot nanti bisa dengan tega merobohkan gedung sate dan menyewakan lahannya untuk dibangun menjadi mall bertingkat 15 lengkap dengan appartement lengkap dengan kolam tujuh warna.

hebat ngga?

wae!!!*

*wae dalam basa sunda berarti cibiran akan kehebatan seseorang padahal yang dimaksudkan adalah ketidakhebatannya.

jalan diponegoro awal 2008


ini adalah foto jalan diponegoro awal tahun 2008, depan gedung RRI bandung yang hampir setengah pohonnya ditebang habis.

padahal kalo diliat, usia pohonnya masih terbilang cukup muda (bisa terlihat dari sisa batang pohon yang belum ditebang)

sampai sekarang, alasan kenapa pemkot menebang pohon ini masih misteri...

yeah...pohon-pohon itu harus kalah bersaing dengan baner-baner aneh!

selamat datang

selamat datang...dan selamat bersedih..

bandung yang hijau kini berangsur sengsara, banyak jalan protokol di bandung yang dulu rimbun oleh pohon kini menjadi gersang dan panas. ditengah iklim yang tidak menentu dan bumi yang semakin panas, ternyata kota bandung malah semakin kehilangan tempat berteduh dan pohonnya yang rindang.

kini pohon-pohon di jalan suci, gasibu, dago yang terkenal dengan pohonnya yang rimbun harus rela berkorban demi kepentingn bisnis, pembangunan yang tidak terarah, dan banalitas pemkot yang tidak mau ambil pusing dengan memelihara pohon.

usia pohon yang tua serta berbagai kabel yang berjuntai-juntai di pinggir jalan sepertinya menjadi alasan vandalisme terhadap pohon. budaya malas ternyata sangat akut di pemkot kita.

blog ini hanya menjadi sebagian kecil wajah bandung yang semakin cemberut karena kehilangan banyak pohon.

dan blog ini mungkin bisa jadi tidak berperan sama sekali untuk kelangsungan pohon di bandung,namun setidak bisa lebih berguna dari LSM-LSM lingkungan yang programnya terkadang malah menjauhkan diri dari kehidupan realitas masyarakat dimana LSM itu hidup, yaitu kota bandung.

selamat berkunjung, dan selamat bersedih!